Kuliner Jogja Es
Hallo, selamat sore, pada kali ini akan membawa pembahasan mengenai kuliner jogja es Mencicipi Es Krim Tip Top, Kuliner Legendaris Jogja yang Berdiri Sejak 1936 simak selengkapnya lebih dalam tentang Mencicipi Es Krim Tip Top, Kuliner Legendaris Jogja yang Berdiri Sejak 1936.
legendaris di Jogja.
Serupa lirik lagu ‘Kembali ke Kotamu’ dari KlaProject, Yogjakarta menjadikan siapa saja ingin kembali lagi dan lagi. Jogja seperti menjadi barometer dari segala aspek, baik wisata alam, wisata budaya, hingga wisata .
Salah satu legendaris yang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dan masih eksis hingga saat ini adalah es krim Tip Top. Bagi kamu yang belum tahu, es krim Tip Top sudah berdiri sejak tahun 1936. Artinya es krim ini sudah menemani pecintanya selama 83 tahun.
Ada banyak kisah mengiringi perjalanan bisnis Tip Top di berbagai masa, dari masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, kemerdekaan, hingga masa kini. Tentu banyak hal yang membuat Tip Top mampu bertahan sepanjang masa itu. Awal Agustus lalu, Liputan6.com berbincang dengan Johan Paramasatya, cucu pendiri es krim Tip Top yang kini memegang kendali bisnis tersebut.
Sudah Ada Es Krim Sejak Zaman Belanda
Dalam catatan sejarah, Belanda membawa serta tradisi kulinernya ke negeri jajahan, termasuk di Jawa. Di sejumlah daerah terdapat tempat kuliner yang pada awalnya diperuntukkan bagi konsumen masyarakat Belanda yang ada di Jawa. Seperti di Surabaya terdapat Zangrandi Ice Cream di Jalanl Yos Sudarso yang berdiri sejak 1930. Zangrandi yang kini berada di seberang gedung DPRD Surabaya, dulu menjadi tempat nongkrong warga Eropa yang tinggal di Surabaya.
Tak cuma di Surabaya, di Bandung juga terdapat tempat kuliner legendaris bernama Rasa Bakery & Café yang berdiri tahun 1930-an. Rasa Bakery & Café juga menjual es krim yang masih dipertahankan hingga kini.
Nah, di Jogja sendiri es krim Tip Top menjadi tempat kuliner legendaris. Kedai es krim ini pertama kali dirintis pada tahun 1936 oleh Nyonya Alim Kurnianto. Sebelum menjadi kedai yang menjual es krim, kedai ini menjual sajian makanan western. Pasalnya, waktu itu orang-orang atau masyarakat Jogja didominasi oleh orang Cina dan Belanda. Namun, seiring berjalannya waktu bisnis kuliner terus dikembangkan. Hal ini bermula karena ajakan orang Belanda yang menyarankan untuk menambahkan es krim dalam daftar menu di kedainya.
Awalnya, es krim ini disarankan untuk dijual agar menambah varian kuliner pada kedainya. Pasalnya, es krim masih sangat tabu di Indonesia, apalagi Jogja. Akhirnya, dibuatlah es krim Tip Top di kedai ini. Awal mulanya, es krim dibuat dengan cara manual yakni menggoyang-goyangkan air yang kemudian menjadi es lilin. Perlu waktu lama untuk bisa menghasilkan es krim pada masa itu.
Es krim yang sudah jadi, dijual keliling kampung. Setelah beberapa waktu, berkembanglah jenis es krim Tip Top menjadi hard ice cream. Barulah produk es krim tersebut dijual ke dalam kedai atau café, yang waktu itu berada terletak di Jalan P. Mangkubumi Yogyakarta.
Tip Top Jadi Es Krim Pertama di Jogja
Boleh dibilang, Tip Top merupakan es krim pertama di Jogja. Sebelumnya tidak ada tempat kuliner es krim. Kedai es krim ini terus dipertahankan hingga sudah memasuki tiga generasi. Kedai ini juga berpindah tempat sebanyak tiga kali. Awalnya Tip Top berada di Jalan P Mangkubumi, lalu tahun 2014 pindah ke Jalan Prof Dr Yohanes, Sagan. Dan tahun 2019 ini, Tip Top kembali pindah tempat di Jalan Kebonsari No. 2 (belakang Bank Mandiri Sudirman / dahulu Mary Anne’s).
Es krim Tip Top mengalami masa jaya-jayanya sampai tahun 2000an, karena masih belum ada kompetitor dan masih memiliki pembeli setia yang makin kuat. “Sedikit demi sedikit market mulai terpecah. Tetapi pelanggan yang lama enggak terpecah. Karena tipikal pelanggan zaman dulu kalau sudah setia dengan satu produk, akan tetap seperti itu pilihannya,” cerita Johan penerus generasi ketiga dari Tip Top pada Liputan6.com.
Memasuki tahun 2010, persaingan kuliner makin tinggi. Ditambah makin banyaknya anak muda dan aneka kuliner es krim yang bermunculan. Di era inilah persaingan mulai dirasakan Tip Top. Namun dengan persaingan ketat, Tip Top bisa bertahan dan selalu dikangeni pecintanya.
Di tengah gencarnya persaingan bisnis es krim, Johan memutuskan membuka kedai baru di Jalan Demangan tahun 2015. Tak cuma membuka cabang baru, tapi juga melakukan inovasi berupa rebranding Tip Top.
Rebranding yang dilakukan Johan ini sebenarnya bertujuan untuk mengembangkan es krim tip top sebagai produk utama yang dijualnya. Kedai ini diberi nama Old Dish by Tip Top. Di sini Johan mulai melakukan berbagai cara agar produk es krimnya dapat dinikmati oleh anak muda, yang dimana merupakan pasar terbesar di Jogja saat itu.
Berbagai carapun dilakukannya. Salah satunya adalah dengan mengembangkan es krim menjadi lebih bervariasi tanpa menghilangkan karakter khas dari es krim Tip Top. Dimana es krim yang menjadi andalan Tip Top sejak dahulu adalah menu Tip Top dan Rum, dengan aneka rasa sederhana seperti stroberi, cokelat, vanilla, mocha, dan lain sebagainya.
Nah, di Old Dish by Tip Top ini dirinya mengembangkan es krim dengan beraneka varian rasa yang lebih beragam. Misalnya saja ada rasa mango, cheese cake, choco mint. “Jadi lebih meng-eksplore dan develope lagi agar variasinya lebih bermacam-macam. Cara promonya juga, melalui Instagram dan lain-lain. Soalnya kalau dulu belum main disitu,” jelas Johan.
Menu Es Krim Semakin Variatif
Hingga dua tahun Old Dish by Tip Top berjalan, Johan pun memutuskan untuk memusatkan kedainya di Jalan Prof. Dr. Yohanes, Sagan, Yogyakarta pada tahun 2017. Hal ini dikarenakan kedai yang berada di Jalan Mangkubumi sudah tidak bisa ditempati karena beberapa kendala.
Selain itu, dikarenakan Tip Top membutuhkan area produksi yang cukup luas dari sebelumnya untuk memaksimalkan proses pembuatan es krim dan menu lainnya. Di tempat yang ketiga inilah, pria berusia 26 tahun ini semakin mengembangkan menu.
Ya, di Old Dish kini enggak cuma ada es krim saja, melainkan banyak aneka minuman seperti kopi ragam rasa seperti red velvet, green tea, dan taro. Begitu juga untuk menu makanannya, kalau dahulu yang menjadi menu andalan adalah lumpia pastel, kalau sekarang kedai ini menyediakan aneka makanan seperti waffle, pasta, dan lain-lain.
“Karena agar pengunjung kalau ke Tip Top enggak cuma makan es krim aja, jadi ada side dish. Fasilitas juga mendekatkan ke anak muda seperti adanya wifi, AC, dan tempatnya nyaman,” tutur Johan.
Punya Banyak Pelanggan Setia
Bagi Johan, hal penting di bisnis kuliner adalah untuk tidak kehilangan pelanggan setia. Karena bukan hal yang mudah untuk mendapatkan pelanggan baru. “Tantangan yang sulit adalah mempertahankan sesuatu. Soalnya kuliner itu membuat orang pindah-pindah tempat, karena banyak opsi,” lanjut alumni mahasiswa Ilmu Komunikasi dari salah satu kampus swasta di Jogja ini.
Diantara banyaknya pelanggan, beberapa kerap bernostalgia tentang masa lalunya pernah menghabiskan waktu di kedai es krim ini. Ditambah dengan mengusung unsur retro dan oldschool pada desain interior-nya, membuat cerita tentang masa lalu semakin seru. Tak lupa rangkaian furnitur serta rangkaian ornamen seperti meja dan kursi jadul diaplikasikan untuk menambah kerinduan akan masa lalu.
Untuk menambah kedekatan dengan pelanggan, pemilik kedai kerap melakukan interaksi ke pelanggan setianya. Bukan tanpa tujuan, hal ini dilakukan untuk membandingkan apakah ada perbedaan rasa antara yang dahulu dengan sekarang. Setelah mengetahuinya, dari situ maka akan dipertahankan cita rasa tersebut.
Johan punya tips bagi pecinta kuliner yang hendak terjun ke dunia bisnis. Menurutnya bisnis kuliner perlu dijalankan dengan modal yang cukup, konsep yang kuat, serta harus siap untuk enggak balik modal. “Buat pebisnis yang sudah berjalan dan ingin mempertahankannya penting untuk memastikan kualitas produk, memahami persaingan, serta tetap kembali kepada konsumen,” lanjutnya.
Nah, buat kamu yang penasaran dengan sajian es krim dari Tip Top, kamu bisa mengunjungi es krim Tip Top di Jalan Kebonsari No. 2 (belakang Bank Mandiri Sudirman) yang buka setiap Senin – Jumat pukul 13.00 – 21.00 WIB dan Sabtu – Minggu pukul 11.00 – 21.00 WIB. Tentu sambil bernostalgia dan merasakan suasana tempo doeloe.
No comments